Kamis, 14 Januari 2010

PUTIH ABU-ABU



Putih Abu-Abu ...
Saat dimana kita mulai mengerti akan pahitnya hidup ini. Mulai dapat merasakan cinta. Mulai dapat mengais tali persahabatan. Dan mulai berpikir tentang angan di masa depan.
Kalian tau apa yang ku pikirkan?
Kadang aku berpikir hidup ini terlalu rumit untuk dijalani. Rasa iri juga meliputi segenap ruang kosong di hatiku. Di saat semua remaja lain sedang asyik menjalani masa remajanya, aku hanya dapat memimpikannya saja. Hanya dapat membayangkannya saja.
Lalu apa yang akan kalian lakukan?
Berbagi cerita dengan sahabat. Membagi seluruh duka dengan Ibu kalian. Itu hal wajar yang mungkin untuk di pikirkan oleh anak putih abu-abu sepertiku.
Sahabat . . .
Aku memang punya sahabat. Aku pun punya Ibu yang mungkin menyayangiku. Tapi itu semua tak cukup. Selain sahabat, aku butuh tempat lain untuk bersandar. Ibuku. Ya, seorang Ibu. Tapi sayangnya, Ibuku tak sama seperti yang lain. Entah kenapa aku merasa aneh dengan semua keadaan ini. Entah kenapa aku sering merasa asing dengannya. Aku tau, ia yang melahirkanku. Ia yang membesarkanku. Tapi aku juga tak tahu apa yang terjadi dengan diriku. Sebuah pandangan lain tiba-tiba muncul dalam benakku. Entah pandangan apa itu. Terlalu sulit untuk di uraikan dalam sebuah tinta tulis.
Angan . . .
Bermimpi memang indah. Tapi mimpi itu akan menjadi momok yang menakutkan bagiku sendiri. Aku harus bejuang keras untuk mengubahnya menjadi sebuah real story dalam hidupku. Butuh tenaga ekstra untuk itu. Berat memang. Tapi aku harus bisa. Harus BISA !!!